Wednesday, March 28, 2012

untitled

“Sudah berapa perempuan yang kau peluk? Berapa perempuan yang kau cium? atau mungkin, sudah berapa perempuan yang kau tiduri sejak terakhir kau memutuskan untuk pergi dan sekarang kembali?”
“Setelah kau tau semua yang tak baik tentangku, kenapa kau masih disini menungguku dengan setia?” Lelaki itu menjawab pertanyaan dengan pertanyaan.
Perempuan itu berdiri, raut wajahnya entah mengartikan apa.

“Aku masih disini, di tempat yang sama, dengan alasan yang sama. Menunggumu kembali. Entahlah, aku pun tak tahu mengapa aku masih bisa menunggumu setelah nyeri yang kau beri saat memutuskan untuk pergi. Aku perempuan, sama sepertimu seorang manusia yang punya hati. Hanya saja, aku lebih dulu tau apa yang ku inginkan. Kamu!” Ya, kupikir cinta yang membuatku masih berdiri. Cinta yang dari hatiku masih untukmu, dan akan selalu begitu.”
Karena jika seseorang telah memutuskan apa yang akan dia perjuangkan, cinta hanya milik mereka yang tak pernah menyerah. Diam bukan berarti tak ingin, diam bukan berarti tak melakukan apapun. Hanya jika memang saatnya, membiarkan orang yang dicintai pergi untuk melakukan apa yang sudah ditakdirkan untuknya, adalah pembuktian tertinggi dari cinta itu sendiri.
Karena jika memang dia adalah orang yang ditakdirkan untukmu, sejauh apapun dia pergi, maka dia akan kembali. Dan jika dia tak pernah kembali, maka dari awal dia memang bukan untukmu.


this note taken from: http://aksarabicara.tumblr.com/

Monday, March 26, 2012

aku tidak pernah takut kamu meninggalkanku, yang aku takutkan justru ketika aku harus mencintai seseorang yang bukan kamu dan menghirup wangi yang bukan wangi tubuhmu.


- @yunipattina -

Sunday, March 25, 2012




"Ternyata, butuh ribuan hari, ratusan minggu dan berpuluh bulan untuk akhirnya membuatku sadar bahwa bagimu aku tak lebih berharga dari segelas minuman berarkohol dan daun dengan zat tetra hydrocannabinol"



-@yunipattina-

Saturday, March 24, 2012

Aku ingin di bebat bukan di sengat...

Hati kita pernah sama-sama rusak. Pernah retak, bahkan pecah hingga terserak. Kau dengan gurat lukamu, aku dengan semburat perihku. Kita sepasang pelupuk penakar airmata yang sedang mencari pembebatnya.

Seharusnya, kau dan aku bisa saling menjadi obat. Kita telah sama-sama tahu bahwa menimbun sayat tak kan membuat sehat. Tapi mengapa kita justru saling menebar sengat? Tak cukupkah lebam yang masih belum hilang benar birunya? Haruskah kau tambahkan airmata agar semakin semarak warna lukanya?

Aku hanya ingin duduk berdua. Berbicara tanpa kernyit di dahi, tanpa sakit di hati, tanpa lidah yang memaki. Tak lelahkah kau akan pertengkaran yang berujung pada saling diam? Bukankah cinta itu tentang perihal saling memahami dan membuka diri? Egoku telah berlutut di hadapanmu. Maka bisakah kau sedikit meredam amarah, menghilangkan cemburu, dan mencoba menaruh percaya padaku? Lalu peluk aku sebentar saja, hingga berhenti isak tangisku, hingga aku tenggelam dalam tenang.

@rrdk_



Barangkali hatiku hanyalah asbak. Tempatmu membuang tiap puntung amarah, ragu, dan cemburu. Kunikmati jelaga yang kau beri dengan tabah, hingga kau sadar, cintaku tak mungkin terbayar. -Dewi Draupadi-





is it hurt??? yes it is...


This photo is taken from http://amatorka.deviantart.com/